
Seringkali ketika melihat seseorang yang berhasil dan profesional di bidangnya, kita mengambil kesimpulan bahwa mereka berbakat. Seakan keberhasilan mereka ditentukan dengan bakat. Padahal nyatanya… mungkin ya tapi tidak sepenuhnya. Dalam bukunya yang berjudul Grit, Angela Duckworth mengatakan sebaliknya. Melalui berbagai macam penelitian dan wawancara terhadap tokoh-tokoh penting, ia membawa gagasan bahwa Grit jauh lebih penting.
Terbit pertama kali pada tahun 2016 oleh penerbit Collins, Grit karya Angela Duckworth adalah sebuah penyemangat bagi orang-orang yang tidak berbakat. Kenapa begitu? Lantaran buku benar-benar hanya berisi penekanan terhadap grit yang berlawanan, atau… setidaknya menjadi sanggahan terhadap ungkapan bakat adalah segalanya.
Lalu apa itu grit? Sederhananya grit adalah perpaduan antara passion/hasrat dan kegigihan. Angela Duckworth berpendapat bakat mungkin penting, tetapi kebanyakan orang yang berhasil di dunia profesional tidak bergantung pada bakat. Banyak yang berhasil karena kerja keras dan kegigihan, namun bukan berarti bakat tak berperan. Bakat juga penting apalagi bila dipadukan dengan grit, sebuah kombinasi mutlak, tapi bakat tanpa grit tidak benar-benar membawa diri kita ke mana-mana.
Jumlah halaman 416 (versi bahasa indonesia) tapi pembahasan hanya sampai halaman 343, sisanya daftar pustaka dll, wajar karena berdasar pada penelitian dari si penulis.
Kelebihan buku
Kalau ditanya terkait kelebihan, mungkin karena buku ini bisa membakar semangat saya sendiri sih, yang berupaya menekuni bidang penulisan. Ada beberapa cara seperti menghitung berapa grit kita, dll. Ada juga cara-cara untuk meningkatkan grit dan memaksimalkannya.
Dan, buku ini berdasar pada penelitian si penulis. Jadi, saya rasa bisa dipercaya. Setiap babnya berisi potongan-potongan interview, sejarah penelitian terkait dan banyak lagi. Saran saya baca aja. Bahasanya juga sederhana dan mudah dipahami.
Kekurangan buku
Untuk kekurangan sendiri, saya rasa beberapa bagian terasa diulangi, seperti penegasan dari bagian sebelumnya, dan hal-hal semacam ini cukup sering saya temui di buku lain.
Cocok untuk
Cocok untuk orang-orang yang ingin berkembang dan merasa diri kurang berbakat.
Kesimpulan
Grit memiliki premis yang menarik, bagaimana hasrat (passion) dan kegigihan (perseverance) mampu menciptakan grit (ketabahan) yang menyaingi bakat, yang mana bakat bener-bener mengalihkan fokus seseorang. Merasa diri berbakat bikin terlena, dan merasa diri kurang berbakat membuat kecil hati. Buku ini gak sekedar teori, tapi dibarengi dengan berbagai penelitian yang relevan. Sangat bisa memotivasi seseorang. Saya rasa wajib untuk dibaca. Terutama untuk orang-orang yang merasa tak berbakat.
“Tanpa upaya, bakat Anda tidak lebih dari potensi yang tidak dipenuhi. Tanpa upaya, keterampilan Anda tidak lebih dari apa yang bisa Anda lakukan tapi tidak Anda lakukan. Dengan upaya, bakat berubah menjadi keterampilan dan, pada waktu yang sama, upaya membuat keterampilan berubah menjadi produktif.”
–Angela Duckworth, Grit