
Pertama-tama harus saya akui kalau saya sangat menyukai novel ini. Sebenarnya ada banyak sekali karya Haruki Murakami yang saya sukai, tapi untuk yang satu ini rasanya ada di level yang berbeda.
Kafka on the Shore memiliki dua jalan cerita yang paralel, menceritakan tentang seorang remaja bernama Kafka Tamura yang kabur dari rumah dan seorang lansia bernama Satoru Nakata yang tidak bisa baca tulis tapi bisa berbicara dengan kucing. Iya… berbicara dengan kucing (saya pun mau menukar kemampuan baca tulis dengan bisa bahasa kucing).
Dengan balutan realisme magis, novel ini menyajikan berbagai keanehan di luar nalar, mulai dari ikan yang berjatuhan dari langit hingga hantu yang kerap kali gentayangan di perpustakaan dan masih banyak lagi! Tentu kalau saya ceritakan semua bisa-bisa postingan ini akan sangat panjang. Jadi sampai di situ aja…
Sekarang salah satu di antara pembaca pasti berpikir “Apanya yang level berbeda, hal-hal kayak gitu banyak kok di novel lain!” Tunggu sebentar biar saya jelaskan. Yang buat novel ini spesial adalah bagaimana cara Haruki Murakami menggambarkan keanehan itu menjadi sebuah kenormalan. Cara dia menggambarkan kesepian dan dingin, dan cara dia menggunakan metafora dengan begitu indah. Saya teringat ketika selesai membaca novel ini, saya hanya bisa duduk termenung menatap sampulnya. Rasanya seperti Murakami menuntun saya di antara dunia mimpi dan dunia nyata yang tak berujung.
Buku ini terbit di Jepang pada 2002 dan yang saya baca sekarang versi Inggrisnya, terbit di tahun 2005. Jumlah halaman 489. Lumayan tebal, tapi pas baca nggak terasa kok. Buku ini meraih banyak sekali penghargaan dan kalau pembaca ingin memulai membacai karya-karya Murakami (terutama yang realisme magis) bisa coba buku ini. Sekarang kita masuk ke kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan buku
Seperti biasa, bahasanya simpel, tidak berbunga-bunga, dan sangat-sangat mudah dipahami. Saya sendiri nggak gitu lancar berbahasa Inggris, tetapi bahasa Inggris di novel ini cukup mendasar dan saya hampir nggak pernah buka kamus ketika membaca.
Saya suka bagaimana Murakami menggunakan perumpamaan dan sebagainya, simpel, aneh, dan membumi. Kemudian saya suka bagaimana kucing-kucing bisa berbicara, saya suka kejadian magisnya dan saya suka keseluruhan plotnya, saya suka misterinya juga. Terlalu subjektif ya, biarlah. Terserah saya.
Kekurangan buku
Nah untuk kekurangannya. Saya nggak tahu harus menjelaskan bagaimana tapi untuk sebagian pembaca saya rasa novel ini nggak akan cocok. Soalnya ada banyak kesan misoginis dan objektifikasi perempuan. Hubungan seks aneh dan bagaimana karakter perempuannya tak lebih dari sekedar payudara yang punya kaki (ini saya temukan dari komentar salah satu podcaster). Ditambah ada hal berbau pelangi. Kalau nggak masalah dengan hal-hal itu, saya yakin pasti akan berkesan baik buat pembacanya.
Cocok untuk
Cocok untuk orang-orang yang suka dengan cerita surealis dan nggak masalah dengan kebingungan.
Kesimpulan
Secara keseluruhan saya benar-benar menyukai novel ini. Dengan dua cerita utama yang berjalan berbarengan tapi tak beririsan, Kafka on the Shore memberi gambaran aneh dan magis. Jalan ceritanya menarik meski agak nggak masuk akal. Tapi dikarenakan satu dan lain hal novel ini nggak akan cocok untuk semua orang. Kalau diberi kesempatan berbicara panjang, saya mungkin akan berbicara sampai mulut saya berbusa. Pokoknya novel ini sangat berkesan buat saya.
Ratingnya solid 10/10
“Sometimes fate is like a small sandstorm that keeps changing directions. You change direction but the sandstorm chases you. You turn again, but the storm adjusts.”
–Haruki Murakami, Kafka on the Shore
