
Kalau berbicara mengenai novel romansa, ada satu judul yang selalu teringat dan memiliki tempat spesial di hati saya, Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Novel ini memiliki judul yang sama dengan salah satu lagu The Beatles yang muncul juga di paragraf kedua bab pertama. Dan, sepertinya, judulnya memang terinspirasi dari sana.
Lalu, apa yang membuatnya spesial? Norwegian Wood memang sebuah novel romansa, tetapi tipikal romansa yang tidak berbunga-bunga dan tidak ada keromantisan berlebih di dalamnya.
Tidak seperti The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald, yang mengedepankan keindahan bahasa dan White Nights karya Fyodor Dostoyevsky, yang mengedepankan kesepian dan patah hati, Norwegian Wood memberi kesan melankolis dan dingin. Saya sangat suka kesimpelan bahasa dan kekayaan emosi di dalamnya. Sungguh!
Novel ini bercerita mengenai kehidupan perkuliahan Toru Watanabe yang memiliki masa lalu sedikit kelam, sedikit berwarna, dan sedikit liar. Awalnya, Toru memiliki seorang sahabat karib yang selalu bersama dengannya semasa SMA bernama Kizuki. Ketika sedang bermain, Kizuki kerap kali mengajak pacarnya yang bernama Naoko sehingga hubungan mereka bertiga menjadi lebih intens. Di satu titik, tanpa sebab yang jelas, Kizuki mengakhiri hidupnya. Meninggalkan Toru dan Naoko yang tetap berhubungan selayaknya teman biasa. Perlahan hubungan mereka berubah menjadi hubungan yang lebih serius dan saling bergantung satu sama lain. Sampai akhirnya, Naoko berhenti menghubungi Toru tanpa alasan yang jelas.
Meski inti cerita dari novel ini berfokus pada hubungan Toru dan Naoko, tetapi kisah-kisah antara Toru dan teman sekamarnya yang konyol, dengan kakak tingkatnya yang jago meniduri perempuan, dan dengan seorang perempuan bernama Midori yang memiliki sifat berkebalikan dengan Naoko, menambah berbagai lapisan emosi di dalamnya.
Jumlah halaman 426 (terjemahan Indonesia) dengan sudut pandang orang pertama. Penerjemah Jonjon Johana. Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia. Novel ini juga menjadi salah satu karya Haruki Murakami yang paling realis.
Kelebihan buku
Saya sangat suka kesimpelan bahasa dan kekayaan emosi di dalamnya. Apalagi kisah aneh antara Toru dan Naoko serta romantisme nanggung antara Toru dan Midori, membuat novel ini memiliki perbedaan warna yang kontras antara satu bagian dengan bagian lainnya. Meski begitu kesemua bagian di novel ini sukses dibalut oleh Haruki Murakami dengan suasana dingin dan melankolis.
Ada kesan aneh ketika membacanya. Seperti, saya berada di tempat yang asing dan jauh, dan dihadapkan pada sebuah situasi yang pernah saya mimpikan. Saya benar-benar kesulitan menjelaskannya. Mungkin perasaan seperti mencium aroma yang sudah lama dinanti dan mendengar suara seseorang yang sudah lama tak ditemui. Kira-kira seperti itu perasaan saya ketika membaca tiap halaman novel ini.
Kekurangan buku
Meski memiliki tempat spesial di hati saya, tetap saja ada beberapa hal yang saya kira menjadi kekurangan novel ini. Pertama, novel ini mungkin terasa cukup berat karena kompleksitas ceritanya dan tema depresi yang diangkat. Selain itu, adegan seksual di novel ini sangat rinci dan rasanya tidak pantas dibaca oleh semua kalangan.
Ada satu hal yang saya rasa terlalu personal buat saya. Saya suka novel Haruki Murakami yang diterjemahkan oleh Ribekka Ota, sehingga terjemahan Jonjon Johana terasa agak kaku. Tetapi entah kenapa, saya rasa kekakuan itu bukan sebuah kekurangan yang berarti. Karena, gaya bahasa yang kaku itu, justru menambah kesan sunyi novel ini.
Cocok untuk
Cocok untuk orang yang ingin mengenal karya Haruki Murakami dan menyukai novel romansa tetapi tidak keterlaluan.
Kesimpulan
Secara keseluruhan saya sangat menyukai novel ini, tema yang diangkat memang cukup berat, di samping itu terdapat banyak lapisan emosi di dalamnya. Tetapi, Haruki Murakami berhasil mengemasnya dengan gaya bahasa yang sederhana namun tetap indah. Salah satu novel favorit saya sepanjang masa.
Skor 5/5
“Kalau kita membaca buku yang sama dengan yang dibaca orang lain, kita cuma bisa berpikir seperti orang lain.”
–Haruki Murakami, Norwegian Wood