
Belakangan, saya sangat tertarik dengan kumpulan cerita pendek karya Haruki Murakami yang berjudul Orang Pertama Tunggal. Entah kenapa rasanya seperti membaca kisah hidup seorang Haruki Murakami. Yang ternyata, salah satu cerpennya benar-benar mengisahkan dirinya yang menuliskan puisi untuk klub baseball kesayangannya, Yakult Swallows.
Terbit pertama kali di Jepang pada tahun 2020 dengan judul ‘Ichininshō Tansū’ dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia pada tahun 2023 oleh Ribeka Ota. Buku ini berisi 8 cerpen, yang sesuai judulnya mengambil sudut pandang orang pertama. Semuanya diceritakan oleh pria paruh baya, yang rata-rata ceritanya agak sureal, bukan. Tapi, sangat sureal. Mulai dari seorang wanita penulis puisi yang biasa saja, hingga seekor monyet yang bekerja di penginapan dan bisa berbicara. Agak aneh, tapi itulah Murakami.
Panjang setiap cerpennya bervariasi, dari yang sangat pendek (sekitar 16 halaman) hingga lumayan panjang untuk ukuran sebuah cerpen (sekitar 40 halaman). Salah satu cerpen yang berkesan buat saya yaitu yang bercerita tentang seorang pria paruh baya bernama Haruki Murakami yang cinta mati terhadap klub baseball favoritnya. Entah kenapa rasanya seperti berkaca pada diri saya yang cinta mati pada Manchester United, meski cintanya mungkin sedikit toxic (dan saya gak pernah nulis sebuah puisi untuk klub bobrok itu). jumlah halaman 180. Gak butuh waktu lama untuk dibaca habis.
Kelebihan Buku
Gaya bahasanya simpel, tidak puitis dan banyak menggunakan majas simile, analogi dan semacamnya lah (saya gak terlalu ahli masalah begitu, maaf). Saya juga sangat suka suasana tenang dan hening yang tercipta ketika membacanya, rasa-rasanya seperti terkurung di sebuah kotak kecil dengan pencahayaan minim dan mendengarkan seorang bernama Haruki Murakami yang bercerita secara langsung dan perlahan-lahan.
Saya belum pernah membaca versi inggrisnya atau Jepang (saya gak bisa bahasa Jepang segala) tapi saya rasa versi terjemahan oleh Bu Ribeka Ota sangat indah dan cukup mirip dengan penceritaan khas ‘Murakami’. Saya pernah membaca buku Haruki Murakami yang lain dalam bahasa inggris dan saat saya bandingkan, rasanya gak jauh berbeda dengan terjemahannya (Murakami biasanya mengawasi secara langsung dan memilih penerjemahnya sendiri, khusus bahasa inggris).
Dan, terakhir. Saya sangat suka pacing-nya, pelan tapi gak terlalu pelan juga. Saya sudah berupaya mencari perumpamaan untuk menjelaskannya tapi gak juga ketemu. Mungkin… kayak ngeliat air sisa cuci piring yang perlahan terhisap lantaran lubang pembuangan westafelnya sedikit mampet atau semacamnya. Entahlah.
Kekurangan Buku
Kalau disuruh menyebutkan kekurangan untuk kumpulan cerpen ini, mungkin ada di beberapa cerita yang, entah saya yang terlalu bodoh untuk memahami atau Haruki Murakami memang berpikir dengan cara yang berbeda. Ada satu atau dua cerpen yang saya betul-betul tak bisa pahami isinya. Sepert cerita yang terlalu menggantung dan selesai sebelum saya memahami sepenuhnya. Ada juga beberapa adegan dewasa tapi tidak terlalu vulgar.
Cocok Untuk
Cocok untuk orang yang suka cerita yang mengalir tenang, sureal, dan sedikit magis. Tidak banyak aksi dan lebih banyak refleksi.
Kesimpulan
Secara keseluruhan saya sangat menyukai kumpulan cerpen ini, setiap cerita sangat menonjol tapi tetap terhubung satu sama lainnya. Memiliki warna tersendiri yang saya sendiri sulit untuk menjelaskan. Meski, tidak semua orang akan menyukainya karena rasanya, cerita-cerita di buku ini tergolong sedikit berat.
“Cinta itu merupakan sumber panas yang berharga bagi kita. Andai tak punya sumber panas seperti itu, hati orang—begitu juga hati monyet—akan berakhir menjadi padang gersang yang tandus dan teramat dingin.”
–Haruki Murakami, Orang Pertama Tunggal