
Kalau kamu pernah mengalami kehilangan, pengkhianatan, atau kesepian. Novel Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya mungkin akan cocok menemani akhir pekanmu.
Deskripsi Novel
‘Sebuah masalah yang tidak diselesaikan akan terpelihara dan membesar seiring waktu’ kira-kira itulah inti dari novel Haruki Murakami satu ini. Bergenre psikologis ekstensial dengan sudut pandang orang ketiga. Jumlah halaman 345 (dalam bahasa indonesia) cukup banyak tapi saya sendiri tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya.
Cerita berfokus pada Tsukuru Tazaki yang dikucilkan oleh empat teman dekat semasa SMA-nya, yang mana Tsukuru pun tak tahu apa yang menjadi penyebab utama dari retaknya hubungan mereka. Rasa dikucilkan itu perlahan-lahan mengubah seorang Tsukuru Tazaki menjadi pribadi yang berbeda. Pertemuannya dengan Sara menyadarkannya betapa permasalahan di masa lalu masih terbayang di benaknya, dari sanalah perjalanan Tsukuru mencari kebenaran dimulai.
Beberapa subplot seperti hubungan karakter utama dengan Sara, Haida, dan cerita Haida mengenai pria misterius yang tak memiliki warna memperkuat sisi cerita dari berbagai arah, semuanya terasa berhubungan dan saling melengkapi. Gaya bahasa Murakami yang simpel tapi penuh makna juga masih terasa meski diterjemahkan. Ketika membacanya, suasana kesepian, dikucilkan, dan kesedihan dari sang karakter utama terasa nyata. Seperti berada di keramaian tapi tak ada yang mengenali.
Kelebihan Novel
Gaya bahasanya simpel, tidak terlalu puitis. Saya sangat suka dengan nuansa yang coba digambarkan haruki murakami tentang ditinggalkan, rasanya sangat nyata. Konfliknya tidak berat dan mudah dipahami. Tidak tahu kenapa tapi ketika membaca novel ini rasanya mengalir begitu saja tau-tau sudah ending aja. Karakter utama sangat mudah untuk dipahami dengan berbagai kekurangannya, saya rasa sangat menggambarkan kondisi yang nyata.
Kekurangan Novel
Kekurangan novel ini adalah banyaknya adegan dewasa dengan sangat detail, sehingga tidak bisa dibaca oleh sembarang usia. Penggambaran perempuan yang cenderung terhadap fisik saja membuat novel ini terasa mengobjektifikasi perempuan, ditambah adanya unsur LAGIBETE membuat saya sedikit geli, tapi tidak begitu parah. Banyaknya pergolakan batin mungkin tidak akan cocok bagi sebagian orang yang menyukai novel dipenuhi dialog.
Cocok Untuk
Cocok untuk kamu yang suka cerita tenang, banyak ruang untuk berpikir, dan lebih fokus pada perasaan batin dan konflik internal daripada novel yang dipenuhi aksi dan banyak dialog.
Kesimpulan
Secara keseluruhan saya sangat menyukai novel ini, penggambaran murakami akan dikucilkan dan kesepian sangat terasa. Ketika membacanya saya bisa merasakan ketenangan. Seperti berkaca pada aliran air. Meski begitu saya kurang suka dengan unsur LAGIBETE (kalau kalian tau apa yang saya maksud), tapi hal itu tidak terlalu mempengaruhi alur cerita.
“Bisa juga luka itu hanya terlihat sudah tertutup di permukaan saja. Tapi di dalamnya, mungkin darah masih keluar terus tanpa suara.”
–Haruki Murakami, Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya